Ilustra untuk menunjukkan kemampuan mereka menjadi wartawan olahraga.
Seiring perkembangan teknologi informasi, citizen journalism berkembang dengan hadirnya blog. Para wartawan lepas ini kerap kali menulis beritanya dalam blog pribadi, tak lagi mengirimkannya ke media massa terdekat. Mereka yang memiliki video pertandingan bisa mengirimkannya ke stasiun televisi dan mendapatkan bayaran setimpal.si jurnalistik olahraga
Berbicara mengenai jurnalistik olahraga tidak pernah terlepas dari kegiatan menulis berita olahraga dalam surat kabar atau laporan dan liputan seputar olahraga yang dibuat media televisi. Olahraga merupakan sebuah bahan yang memiliki banyak celah untuk dibuat tulisan dan liputan jurnalistiknya.
Organisasi-Organisasi Jurnalistik Olahraga
Hampir semua negara memiliki asosiasi jurnalistik olah raga sendiri. Sebagian besar cabang olahraga pun memiliki klub sendiri dengan asosiasi khusus untuk para jurnalisnya. Organisasi-organisasi ini berusaha menjaga standar provisi pres dalam kegiatan-kegiatan olahraga, mengatur prosedur akreditasi yang adil, dan untuk merayakan standar tinggi bagi jurnalisme olahraga.
Di Inggris, asosiasi jurnalis olahraga yang disebut Sport Journalists' Association sudah ada sejak tahun 1948. Organisasi ini kerap kali memberikan penghargaan bergengsi bagi para olahragawan dan olahragawati dalam setahun periode. Ia juga menyelenggarakan British Sports Journalism Awards, yang merupakan 'Piala Oscar'-nya dunia olahraga. Acara pemberian penghargaan ini biasanya diselenggarakan setiap bulan Maret. Dahulunya, organisasi ini bernama Sports Writers' Association. Pemimpin organisasi ini adalah Sir Michael Parkinson, seorang kolumnis sekaligus penyiar. Sport Journalists' Association mewakili media olahraga Inggris dalam panitia pelapor pers British Olympic Association dan berperan sebagai konsultan bagi penyelenggara acara-acara olahraga besar yang membutuhkan pendampingan dari media.
Sementara itu di tingkat dunia, ada International Sport Press Association atau Asosiasi Pers Olahraga Internasional. Asosiasi ini dibentuk pada tahun 1924 ketika pelaksanaan Lomba Olimpiade di Paris. Asosiasi ini tepatnya dicetuskan di markas Asosiasi Olahraga Prancis oleh Reichel, kepala jurnalisme olahraga Paris dan seorang wartawan Belgia, Victor Boin.
Tujuan awal AIPS adalah untuk meningkatkan kerja sama antar-anggotanya dalam hal jurnalisme olahraga dan kepentingan profesional lainnya, untuk memperkuat persahabatan, solidaritas, dan kesamaan minat antara para wartawan olahraga di seluruh dunia, dan untuk memastikan kondisi kerja yang paling baik bagi para anggotanya.
Akses Para Wartawan Jurnalistik Olahraga
Dalam acara olahraga profesional maupun kampus di Amerika Serikat, para wartawan jurnalistik olah raga diperbolehkan masuk ke dalam ruang loker untuk mewawancarai pemain dan pelatih setelah permainan selesai. Tim-tim olahraga dalam hal ini pun harus memberikan dukungan informasi lengkap bagi para wartawan. Bagi acara-acara olahraga seperti hoki es, American Football, basket rx, dan baseball, wartawan dan media memiliki peran penting. Semakin diekspos suatu acara, semakin banyak tiket yang terjual, begitu juga dengan suvenir.
Sementara itu di berbagai belahan dunia lainnya, peran jurnalis olahraga kerap kali hampir tidak ditoleransi oleh para klub dan pemain. Misalnya, berlawanan dengan perjanjian pada Liga Premier Inggris, para manajer yang terkenal seperti Sir Alex Ferguson dari MU dan Harry Redknapp dari Tottenham Hotspur, menolak melakukan wawancara usai pertandingan dengan pihak BBC, yang sebenarnya memiliki hak untuk mewawancarai mereka. Sebagaimana wartawan bidang lainnya, wartawan bidang olahraga juga harus melibatkan proses investigasi dalam berita mereka; tidak hanya menyandarkan berita dari konferensi pers dan pernyataan-pernyataan resmi tim olahraga tertentu.
Para Bintang Lapangan dalam Jurnalistik Olahraga
Setelah Perang Dunia II, kolom olahraga di harian nasional Inggris dan harian Minggu terus berkembang, hingga tahap di mana banyak koran menyediakan bagian khusus untuk berita olahraga. Beberapa halaman khusus jurnalistik olah raga dalam sebuah koran menjadi tren beberapa belas tahun di masa itu, sampai akhirnya jurnalistik televisi merebut peran media cetak dalam menyuguhkan berita olahraga.
Beberapa surat kabar, seperti The Sunday Times, mulai mengadaptasi kebijakan mempekerjakan mantan bintang lapangan sebagai kolumnis, dengan metode ghostwriting. Namun rupanya beberapa kolum ghostwriting semacam itu sedikit menurunkan reputasi jurnalistik olahraga. Meski demikian, praktik penulisan kolom olahraga seperti ini masih terus dilakukan. Seiring perkembangannya, banyak kolom olahraga ghostwriting yang dibuat oleh agensi olahraga independen yang mempekerjakan para bintang lapangan berdasarkan kontrak.
Contoh Berita Jurnalistik Olahraga Indonesia: Kebijakan Naturalisasi PSSI
Di Indonesia, berita seputar jurnalistik olah raga cenderung ramai jika tengah berlangsung suatu event yang mengikutsertakan para atlet olahraga dari negara kita. Sebut saja ketika berlangsungnya event ASEAN Games atau event turnamen sepak bola antarnegara di Asia Tenggara, AFF Suzuki Cup. Semua media berlomba membuat laporan jurnalistik olah raga mengenai perolehan medali sementara atau hasil pertandingan sepak bola.
Saat ini, yang menarik untuk dibuat jurnalistik olah raga bukanlah peringkat Indonesia di kancah olahraga Asia, melainkan sebuah langkah baru yang diambil oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait kebijakan naturalisasi pemain. Kebijakan naturalisasi yang sudah dilakukan PSSI menuai pro dan kontra. Pihak yang pro menilai bahwa ini merupakan langkah tepat yang diambil PSSI untuk mengakhiri seret prestasi persepakbolaan negeri ini.
Para pemain naturalisasi yang diikutsertakan dalam Timnas diharapkan mampu mengangkat derajat PSSI sekaligus menjadi stimulus bagi pemain muda untuk bisa lebih semangat dalam mengejar prestasi. Pihak yang kontra tentu saja menyayangkan keputusan yang diambil PSSI ini. Mereka menilai lebih baik memperbaiki program pembinaan pemain muda daripada menggunakan cara instan untuk meraih sebuah prestasi. Mereka menganggap masih banyak anak negeri yang memiliki potensi yang belum tergali karena mandeknya program pembinaan usia muda.
Tanpa mengesampingkan perdebatan pro dan kontra seputar kebijakan naturalisasi tadi, alangkah baiknya kita sedikit mengamati fakta yang terjadi di tubuh PSSI pascapenerapan kebijakan naturalisasi ini. Mungkin, cermin pertama yang layak dijadikan bahan berkaca dari kebijakan ini tak lain dan tak bukan adalah keikutsertaan Timnas PSSI di ajang AFF Suzuki Cup.
Tak dapat dipungkiri, prestasi gemilang yang tengah diraih Timnas tak lepas dari peran dua pemain naturalisasi yang dimiliki PSSI. Meskipun demikian, peran kedua pemain naturalisasi tadi tidaklah berarti jika tidak ditopang oleh permainan indah anak negeri sendiri. Setidaknya, ada motivasi dan semangat lebih yang dirasakan anak-anak negeri ini dari kehadiran dua pemain naturalisasi tersebut.
Termin kedua yang bisa dijadikan bahan berkaca selanjutnya tentu saja animo masyarakat kita yang begitu besar terhadap perkembangan Timnas PSSI saat ini. Jangan mengelak, semua tahu bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya sudah haus sekali akan sebuah prestasi membanggakan dari Timnas PSSI. Oleh sebab itu, tak heran jika 80.000 kursi yang tersedia di stadion utama Gelora Bung Karno penuh sesak dijejali masa yang rindu prestasi.
Pro kontra seputar kebijakan naturalisasi sedianya bisa disikapi lebih bijak oleh berbagai pihak. PSSI yang mengeluarkan kebijakan ini haruslah menanggapi masukan untuk memperbaiki program pembinaan pemain muda saat ini. Pun dengan berbagai pihak yang menentang kebijakan ini, tak ada salahnya jika sambil menunggu pemain muda kita "matang", kita memanfaatkan dulu pemain naturalisasi ini? Toh, tujuan utama kedua pihak ini pun tentu sama, yakni menciptakan prestasi membanggakan.
Citizen Journalism dalam Jurnalistik Olahraga
Pada tahun 1970-an dan 1980-an, muncul jenis baru jurnalisme di Eropa, yakni citizen journalism. Jurnalisme ini mengacu pada siapa pun yang bisa menuliskan laporan berita jurnalistik yang ideal untuk diberitakan. Dalam jurnalistik olahraga pun demikian. Para penggemar olahraga yang memiliki kemampuan menulis diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka menjadi wartawan olahraga.
Seiring perkembangan teknologi informasi, citizen journalism berkembang dengan hadirnya blog. Para wartawan lepas ini kerap kali menulis beritanya dalam blog pribadi, tak lagi mengirimkannya ke media massa terdekat. Mereka yang memiliki video pertandingan bisa mengirimkannya ke stasiun televisi dan mendapatkan bayaran setimpal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar